Greeting

Kamis, 25 Agustus 2011

Perang di Zaman Rasulullah SAW


Sosok Muhammad adalah tokoh yang sangat fenomenal yang pernah hadir di permukaan bumi ini. Fakta ini tidak hanya dibenarkan oleh kalangan muslim saja, tetapi juga kalangan non muslim, ini dibuktikan dengan dimasukkan Muhammad sebagai tokoh nomor satu dari seratus tokoh yang paling berpengaruh didunia. Penghargaan tersebut sangatlah beralasan, karena hanya dalam 22 tahun Muhammad menyebarkan Islam, beliau telah berhasil meletakkan pondasi keagamaan dan negara yang sangat kuat pada masyarakatnya khususnya pada para shahabat sehingga peradaban Islam menjadi sangat maju setelah wafatnya Nabi.

Nabi Muhammad saw. tidak hanya dikenal sebagai penyebar dan pemimpin agama Islam, tetapi juga sebagai kepala negara, pedagang, negosiator ulung, suami serta kepala keluarga yang sangat perhatian dan penuh cinta kepada keluarganya dan juga sebagai panglima perang yang sangat handal. Peperangan menjadi salah satu faktor dalam penyebaran agama Islam khususnya pada masa awal-awal penyebaran Islam. Namun, ada anggapan yang menyatakan bahwa Islam disebarkan dengan kilatan pedang, maka hal tersebut tidaklah benar. Peperangan yang terjadi selama masa penyebaran Islam khususnya pada periode Nabi Muhammad adalah pilihan terakhir yang harus dipilih oleh kaum muslimin untuk mempertahankan eksistensi Islam terhadap musuh-musuhnya dan mencegah terjadinya ancaman bagi keselamatan kaum muslimin, ataupun dilakukan untuk memberikan pertolongan kepada masyarakat yang merasa tertindas dibawah penguasa yang otoriter.

Beberapa peperangan penting yang terjadi pada masa Rasulullah seperti perang Badar, Uhud, Khandaq, dan Khaibar adalah bukti bahwa perang merupakan keniscayaan yang harus dihadapi muslimin, karena pilihan untuk perdamaian tidak mungkin lagi tercapai. Disamping itu, para pejuang Islam selalu berperang demi menegakkan keadilan dan melaksanakan perintah Allah, bukan untuk memuaskan nafsu ataupun demi untuk mendapatkan harta kekayaan ataupun budak.

Perang Badar merupakan hasil hasutan Abu Sufyan yang sedang melakukan perjalanan dagang. Kemudian ia mengetahui bahwa Nabi Muhammad dan pengikutnya sedang mengumpulkan harta rampasan yang didapat dari kafilah Quraisy lainnya. Abu Sufyan menyuruh utusannya Zamzam bin Amar Ghafari untuk menghasut pemimpin Quraisy di Mekkah untuk menyerang Nabi Muhammad dan pengikutnya. Namun sebelum ia sampai di Mekkah atas perintah Abu Sufyan, Zamzam memotong kedua telinga untanya, menghancurkan hidungnya, memasang pelananya secara terbalik, dan merobek bajunya sehingga ia menimbulkan kesan bahwa Muhammad dan pengikutnya telah menghancurkan kafilah dagang Quraisy. Hal tersebut menimbulkan reaksi keras dari semua prajurit dan pemberani dari Mekkah untuk membantu pasukan Abu Jahal untuk menghancurkan kaum muslimin. Kaum muslimin yang pada saat itu hanya berjumlah 313 orang dan tidak berniat untuk berperang dengan siapapun terpaksa meladeni pasukan Quraisy yang berjumlah tiga kali lipat dibawah pimpinan Abu Sufyan. Namun berkat kepatuhan, kedisiplinan dan keyakinan mereka pada Allah, pasukan muslimin berhasil memenangkan peperangan tersebut.

Perang Uhud adalah perang balasan yang juga dimulai oleh kaum kafir Quraisy. Abu Sufyan kembali mengumpulkan bala tentaranya lengkap dengan perlengkapan perang dan kemudian berkemah dikaki bukit Uhud. Pasukan Abu Sufyan kemudian mengembalakan binatang-binatang mereka di kebun-kebun jagung masyarakat Madinah, sehingga bisa memancing mereka keluar untuk beperang. Setelah melakukan perundingan alot, Nabi Muhammad bersama pasukannya pun menyambut serangan pasukan Abu Sufyan. Akan tetapi, pasukan Islam tidak mematuhi perintah Nabi sehingga formasi perang kaum musliminpun kacau. Akhirnya perang dimenangkan kafir Quraisy, bahkan Nabi pun mengalami luka.
Perang Khandaq dan Khaibar juga merupakan hasil dari kedengkian dari kaum Yahudi terhadap Islam. Mereka mengumpulkan dan menyuap suku-suku bangsa Arab untuk bersatu melawan kaum muslimin. Pada kedua perang tersebut, kemenangan besar berada pada pihak Islam.

Namun, perdamaian selalu menjadi prioritas utama bagi kaum muslimin. Sebagai contoh, pada saat penaklukan Mekkah, nabi memilih strategi perang yang cemerlang sehingga Mekkah bisa ditaklukkan tanpa pertumpahan darah yaitu dengan menentukan tempat-tempat yang boleh didatangi orang-orang Mekkah agar memperoleh keselamatan. Selain itu juga, Nabi memaafkan semua orang yang pernah menyakitinya. Hal ini menunjukkan bahwa Islam memang lebih memilih perdamaian daripada peperangan, sebagaimana firman Allah “Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertakwalah kepada Allah” (Q.S. 8:61). Akan tetapi, setiap kali ancaman terhadap Islam datang, kaum muslimin selalu siap untuk melayani ancaman tersebut tanpa gentar untuk membela agama Allah swt.

sumber: http://baiquni337.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Link Within

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Arsip Blog

Perum Wijaya Permai 2