Greeting

Selasa, 23 Agustus 2011

Krisis Amerika, AS Masuk Perangkapnya Sendiri


KITA pernah mengalami masa-masa sulit ketika rasio utang (debt service ratio) kita dinilai terlalu besar dan bahkan dikategorikan masuk dalam perangkap utang (debt trap). Hanya karena kecerdikan Menteri Keuangan Boediono di era Pemerintahan Megawati Soekarnoputri untuk melakukan reprofiling utang, maka sekarang kita bisa bernapas lebih lega karena tidak dikejar-kejar utang lagi.

Namun utang kita tidak ada seujung kukunya utang Amerika Serikat. Negara adidaya itu memiliki kewajiban utang luar negeri 14 triliun dollar AS. Sekarang dunia dihadapkan kepada rasa was-was, apakah Negeri Paman Sam itu akan mampu melunasi utangnya atau tidak?

Utang yang luar biasa besarnya itulah yang kini membelenggu perekonomian AS. Apalagi kemudian terjadi kasus subprime mortgage pada tahun 2008, yang membuat perusahaan-perusahaan besar AS bertumbangan dan harus diambil alih oleh negara karena utang yang tidak bisa terbayarkan.

Di tengah situasi yang mengimpit bangsa Amerika itu, Presiden Barack Obama mencoba memperbaiki keadaan. Caranya adalah menyuntikkan modal baru untuk memutar kembali roda perekonomian yang nyaris terhenti.

Persoalannya, dari mana modal baru tersebut didapatkan? Tidak ada jalan lain, kecuali mendapatkan utang baru. Harapannya utang baru tersebut diinvestasikan pada kegiatan ekonomi yang produktif, sehingga bisa menjadi penggerak roda perekonomian AS.

Di tengah besaran utang luar negeri yang luar biasa magnitudenya, tidak semua orang Amerika percaya bahwa menambah utang baru merupakan jawaban dari persoalan. Tarik-menarik itulah yang terjadi sepanjang pekan lalu di mana Kongres AS dihadapkan kepada dilema untuk memecahkan kebuntuan ekonomi yang mereka sedang hadapi.

AS dihadapkan pada situasi "maju kena, mundur kena". Tidak menambah utang baru, maka perekonomian tidak bisa bergerak. Namun sebaliknya, dengan menambah utang baru, maka beban utang akan semakin mencekik leher seluruh rakyat AS.

Sebagai kekuatan ekonomi terbesar di dunia, kebimbangan yang dihadapi AS otomatis berimbas ke seluruh dunia. Apalagi hampir seluruh negara di dunia memegang surat utang Pemerintah AS. Apabila ekonomi AS kolaps, maka seluruh investasi yang mereka tanamkan di AS akan ikut melayang.

China merupakan negara yang paling besar memegang surat utang Amerika. Investasi mereka di atas 1 triliun dollar AS. Hal yang sama dimiliki oleh Jepang, yang memegang surat utang Amerika hampir 1 triliun dollar AS.

Kongres AS akhirnya menempuh jalan memberikan persetujuan kepada Pemerintah Obama untuk menambah utang negara. Plafon utang yang diberikan Kongres AS sebesar 2,4 triliun dollar AS. Dengan tambahan utang baru tersebut diharapkan perekonomian AS bisa menggeliat kembali dan kemudian bisa mulai mencicil utang mereka.

Meski persetujuan penambahan utang baru sudah diberikan, bukan berarti seluruh persoalan yang dihadapi bangsa Amerika terselesaikan. Tantangannya sekarang adalah bagaimana membuat tambahan investasi tersebut bisa ditanamkan pada sektor yang memang tepat dan bisa memberikan stimulus bagi kebangkitan perekonomian AS.


Di sinilah banyak orang meragukan perekonomian AS akan bisa segera pulih. Itu tercermin dari kepercayaan dunia usaha yang begitu rendahnya. Akibatnya, saham-saham di Amerika dan seluruh dunia kini sedang berjatuhan.

Ketidakpercayaan pasar terutama didasarkan kepada kebiasaan rakyat Amerika. Mereka selama ini terlalu menikmati kehidupan dan cenderung malas bekerja. Bertahun-tahun mereka lebih berkonsentrasi bermain di pasar modal dan lupa menggerakkan industri mereka.

Mereka baru tersadar akan kekeliruannya setelah terjadi krisis keuangan pada tahun 2008. Mereka baru menyadari bahwa transaksi derivatif yang mereka lakukan sudah terlalu berlebihan dan akibatnya menjadi transaksi kertas yang tidak ada harganya karena tidak ada kegiatan bisnis yang secara nyata dilakukan.

Apalagi demi kepentingan pencitraan, demi kepentingan politik, di masa Pemerintah George W. Bush, AS terlalu banyak membuka front peperangan. Jutaan dollar devisa negara dibuang untuk menjalankan perang di Afghanistan, Irak, Timur Tengah, dan Asia Timur. Sementara untuk menarik hati rakyat Amerika, pemerintahan Partai Republik itu cenderung tidak mau memungut pajak dari rakyatnya.

Sekarang ini AS dihadapkan kepada dua persoalan sekaligus. Pertama, bagaimana meyakinkan rakyat Amerika untuk mau berubah dan bekerja keras membangun kembali negeri mereka. Kedua, bagaimana meyakinkan para kreditor bahwa utang mereka terkelola dengan baik dan pada waktunya akan bisa terbayar.

Ini merupakan pekerjaan yang tidak mudah, karena rendahnya kepercayaan kepada kemampuan Pemerintah AS. Sekarang ini yang coba dilakukan adalah menerapkan kebijakan suku bunga rendah, agar beban bunganya tidak semakin berat. Kedua, melemahkan nilai tukar dollar AS, agar produk Amerika bisa bersaing di pasar internasional.

Perangkap utang benar-benar sedang menjerat AS. Dulu ketika seperti kita saat dihadapkan kepada krisis seperti ini, AS dengan jumawa memerintahkan kita untuk mengencangkan ikat pinggang dan bahkan memaksa kita untuk mengikuti resep pemulihan ekonomi yang mereka berikan. Sekarang maukah bangsa Amerika untuk mengencangkan ikat pinggang dan meminta bantuan lembaga keuangan internasional untuk menyelamatkan perekonomian mereka?

AS pastinya terlalu sombong untuk mau mengakui bahwa mereka berada dalam krisis besar. Seluruh dunia hanya bisa mengamati apa yang akan terjadi di Amerika dan mulai memperhitungkan kalau kondisi terburuk yang terjadi di sana, dampak buruk apa yang harus dihadapi oleh setiap negara.

Kita tidak boleh menganggap remeh keadaan, karena AS adalah raksasa ekonomi. Seperti ketika krisis terjadi tahun 2008 di AS, seluruh dunia ikut terkena dampaknya akibat kesalahan pengelolaan ekonomi yang terjadi di negeri itu.

Presiden Amerika Serikat Barack Obama kembali menyebut krisis yang dihadapi negaranya saat ini adalah akibat dari perilaku politik dan keputusan keliru Kongres AS. Obama juga mengaku tidak mampu menyelesaikan beberapa kesulitan yang dihadapi negaranya.

Sebagaimana Dilaporkan IRNA, hal itu dikemukakan Obama dalam pidatonya Kamis petang (11/8) di depan warga Michigan. Dikatakannya, “Dalam politik kita, terdapat banyak masalah yang harus dibenahi.”

Obama menyebut krisis limit utang pemerintah sebagai salah satu di antara kendala tersebut seraya menegaskan bahwa masalah tersebut dapat diselesaikan dengan bantuan para pejabat dan rakyat.

Seraya mengkritik kinerja Kongres, Obama mengatakan, “Sejumlah pihak di Kongres, alih-alih membantu menyelesaikan krisis Amerika saat ini, justru mencari jalan untuk menggeser rival-rival mereka.”

Lebih lanjut Obama menggajak masyarakat untuk menuntut Kongres menyingkirkan friksinya dengan pemerintah.

Tidak hanya itu, Obama juga menilai keterbelakangan negara adalah akibat politik Kongres dan dalam transaksi dagang mereka (Kongres) harus sepekat sehingga dapat tercapai kemajuan.

Menjawab pertanyaan kritis bahwa pemerintah tidak mempunyai solusi untuk keluar dari krisis saat ini, Obama mengatakan, “Tidak ada masalah yang kami tidak memiliki jawabannya, akan tetapi masalahnya adalah rekan-rekan (Kongres) sibuk bermain politik.”

Menurutnya, kini tiga saatnya Republik dan Demokrat menyingkirkan friksi mereka dan mengedepankan kepentingan negara di atas kepentingan partai.

Namun dalam pidatonya itu, Obama tidak menyinggung sama sekali solusi dan trik-trik praktis pemerintah dalam menyelesaikan krisis ekonomi, pengadaan lapangan kerja, dan penurunan tingkat utang pemerintah.

Sumber:
http://www.metrotvnews.com
http://konspirasi.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Link Within

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Arsip Blog

Perum Wijaya Permai 2