Greeting

Rabu, 03 Agustus 2011

Hikmah Ramadhan


HIKMAH RAMADHAN

Marhaban ya Ramadhan….

Marhaban adalah kata yang kerap dipakai untuk menyambut dan menghormat tamu yang mulia. Bermakna ungkapan selamat datang. Ucapan itu tersirat makna yang dalam Kegembiraan menyambut bulan itu, diiringi kesiapan dan kelapangan waktu, keluasan tempat untuk melakukan tindakan yang berkaitan dengan mengasuh dan mengasah jiwa menuju kebersihan bersamanya.

Apa yang dilakukan oleh banyak kalangan dalam menyongsong bulan Ramadhan, seperti dengan ragam kegiatan, merupakan suatu bentuk ungkapan rasa senang atas kehadirannya serta meneladani pesan yang dihimbau oleh Rasulullah SAW dalam sebuah haditsnya:
“Man fariha biduhûli ramadhâna harrama Allahu jasadahu ‘alanniron”.
Artinya, barang siapa yang bergembira dengan datangnya bulan Ramadhan, maka Allah SWT mengharamkan jasadnya atas api neraka.

Ramadhan adalah bulan mulia yang selalu dinanti secara khusus dan penuh kegembiraan. Bulan ibadah dan bulan pengampunan. Ramadhan adalah bulan turunnya Al-Quran yang berisi petunjuk, bimbingan, pembeda antara benar dan salah dan penjelasan tentang paradigma hidup manusia.

Memasuki bulan Ramadhan wajib melaksanakan ibadah shaum/puasa. Meski sakit sekalipun, kewajiban puasa tidak gugur. Allah memberikan keringanan (rukhsah), berupa keizinan untuk mengganti puasa Ramadhan dengan berpuasa di hari/bulan lainnya. Kalaupun masih tidak sanggup, karena sakit menahun, yang menyebabkan tidak bisa berpuasa, maka dapat digantikan dengan membayar fidyah (memberi makan orang miskin). Kondisi ini berlaku terhadap orang sakit/tua,yang tidak sanggup untuk berpuasa. Ketentuan Allah ini merupakan kemudahan bagi manusia.

Bulan Ramadhan adalah Syahrullah (Bulan Allah). Penyebutan ini sesuai dengan ragamnya ibadah dan hikmahnya, dimana Allah SWT sebagai penentu lipatan hikmah/ganjarannya. Hal ini tidak ditemukan pada bulan-bulan lainnya, sehingga sebagai bulan Allah, maka peneguhan diri menyambutnya menjadi keharusan setiap individu muslim, yaitu merespon anjuran-anjuran yang diajarkan agama baik dari Al-Qur’an, Al-Hadits maupun perilaku orang-orang shalih terdahulu.

Ajaran agama Islam sama sekali tidak memberatkan. Sehingga tidak ada alasan seseorang menolak melaksanakannya jika ia sebenar-benarnya mempercayai. Pada hakekatnya puasa adalah ibadah khas yang membuktikan seorang benar-benar serta mampu bersyukur kepada Allah yang telah menjadikan dirinya dan memberikan segala sesuatu keperluan yang diperoleh dalam hidup ini.

Seperti kita tahu bulan Ramadhan dibagi menjadi 3 tahap spesial. Sepuluh hari pertama, tahap pelimpahan rahmat, 10 hari kedua tahap pengampunan, dan 10 hari ketiga tahap dimana setiap umat Islam dijanjikan akan terbebas dari api neraka.

Ibadah lain yang dilakukan di bulan Ramadhan seperti bersedekah, menjalin silaturrahim, beraktivitas di kantor, bertutur kata, menulis maupun bentuk kegiatan lainnya harus bisa dimaknai secara lebih mendalam. Untuk bisa merasakan kedalaman makna dari semua perbuatan baik itu, manusia diwajibkan berpuasa sebagai bagian dari pendidikan yang menghaluskan dan memurnikan jiwa. Jadi, puasa secara langsung dimaksudkan juga untuk mempertajam daya tangkap manusia terhadap semua gerak gerik kehendak Allah, baik melalui perbuatan maupun melalui peristiwa yang kita alami sehari-hari, baik yang ghaib maupun yang nyata.

Bila seseorang yang beriman tidak bersungguh-sungguh untuk meningkatkan ketaqwaannya kepada Allah SWTSWT kecuali hanya sekedar menahan lapar dan haus saja. Padahal Allah SWT sendiri tidak membutuhkan lapar dan hausnya seseorang. Rasulullah SAW melalui ibadah Ramadhan, maka dia tidak mendapatkan apa-apa dari Allah bersabda:
Barangsiapa yang puasa tapi tidak dapat meninggalkan ucapan dan perbuatan dusta, maka Allah SWT tidak membutuhkan lapar dan hausnya (HR. Bukhari).

SISI-SISI PERBAIKAN

Ibadah Ramadhan erat kaitannya dengan melatih diri agar dapat meningkat ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Karena itu, ada yang harus dievaluasi dari kelakuan kita sendiri agar dapat diperbaiki secara intensif di bulan Ramadhan untuk mencapai taqwa. Setiap tahun, selama Ramadhan sebenarnya ada tiga aspek penting yang harus dievaluasi, diperbaiki, dan kemudian diaktualkan kembali.

Pertama, memperbaiki keyakinan Islam secara pribadi sebagai bagian dari kaum yang tertunduk, fakir, dan berserah diri di hadapan Allah SWT agar terhindar dari berbagai penyakit hati dan pikiran yang bersumber pada hawa nafsu yang tidak terkendalikan. Kalau kita simak QS 91:7-10 ditegaskan bahwa hawa nafsu yang fitri manusia dapat menjadi jahat atau taqwa. Dan semua itu tergantung bagaimana kita menyucikan dan memurnikan kembali nafsu kita serta mendidiknya.

Kedua, memperbaiki kualitas keislaman dalam lingkup keluarga. Hal ini bisa kita lakukan dengan lebih mengkondisikan suasana pengamalan ajaran Islam dalam kebersamaan sebagai suatu keluarga. Pengamalan ini mencakup aktivitas ritual dan perbuatan sehari-hari. Aktivitas ritual seperti tadarus dan mengkaji Al-Qur’an, sahur bersama, buka puasa bersama, tarawih bersama, ceramah pengetahuan agama dan memperkokoh hubungan dengan sesama anggota keluarga. Suasana kumpul bersama keluarga di rumah pada bulan Ramadhan diperbanyak sehingga tercipta keakraban dan keharmonisan hubungan antar keluarga yang berdampak sangat positif dalam upaya memperbaiki keislaman anggota keluarga.

Ketiga, memperbaiki keislaman masyarakat. Bagi umat Islam, terwujudnya masyarakat yang berkepribadian Islami merupakan sesuatu yang sangat penting. Nilai-nilai Islami yang ada di masyarakat sebenarnya sudah banyak yang telah menjadi nilai-nilai positif. Masyarakat Islami adalah masyarakat yang Berketuhanan Yang Maha Esa dan mempunyai keadilan dan keseimbangan sistemik sebagai fondasinya. Dari keadaan tersebut, maka dapat dihadirkanitas, kedamaian dan ketenangan hidup yang dapat sama-sama kita rasakan. Kehidupan masyarakat islami adalah kehidupan yang terarah pada nilai-nilai kebenaran Tuhan sebagai al-Haqq dimana semua tindakan manusia merefleksikan kemuliaan dan kesucian Tuhan serta semua asma, sifat dan perbuatanNya. Masyarakat demikian tidak akan mentolerir tindakan-tindakan menyimpang yang dapat merusak seluruh keseimbangan dan keadilan sistem kehidupan. Paling tidak, peluang untuk melakukan kerusakan di muka bumi dapat diperkecil. Dari sini masyarakat akan memiliki harapan yang lebih besar terhadap masa depan yang cerah dan sejahtera. disiplin, ketertiban, produktif.

Ramadhan disebut pula Syahrul Maghfirah, Syahrut Tabiyah dan Syahrul Jihad. Ini adalah sebagian dari nama-nama lain bulan Ramadhan yang penuh hikmah. Ramadhan adalah tamu agung yang selalu dinanti dan ditunggu oleh setiap kaum muslimin di seluruh dunia. Ada beberapa hikmah yang sesuai dengan nama lain dari bulan Ramadhan yang penuh berkah serta maghfirah ini, diantaranya adalah:

1. Syahrut-Tarbiyah (Bulan Pendidikan)
Kenapa bulan Ramadhan disebut dengan Syahrut Tarbiyah/bulan pendidikan, karena pada bulan ini kita dididik langsung oleh Allah SWT. Seperti misalnya makan tepat pada waktunya sehingga kesehatan kita menjadi terjaga. Atau kita juga diajarkan supaya bisa mengatur waktu dalam kehidupan kita. Kapan waktu makan, kapan waktu bekerja, kapan waktu istirahat dan kapan pula saatnya ibadah mahdhah.

2. Syahrul Jihad
Pada masa Rasulullah SAW peperangan banyak terjadi pada bulan Ramadhan dan itu semua dimenangkan oleh kaum muslimin. Yang paling penting kita rasakan sekarang adalah kita berjihad melawan hawa nafsu, sehingga kita dapat tetap bersungguh-sungguh dalam menjalan segala aktivitas kita yang positif.

3.Syahrul Qur’an
Al-Qur’an pertama kali diturunkan di bulan Ramadhan. Tepatnya pada tanggal 17. Yaitu hari yang diisyaratkan oleh Al-Qur’an sebagai Yauma Yaltaqil Jam’an (hari dipertemukannya dua pasukan). Oleh karenanya pada bulan ini sebaiknya kita banyak membaca serta mengkaji kandungan Al-Qur’an agar kita menjadi faham dan mengerti perintah Allah SWT yang terkandung di dalamnya.

4. Syahrul Ukhuwah
Pada bulan ini kita merasakan sekali ukhuwah diantara kaum muslimin terjalin sangat erat dengan selalu berinteraksi di Masjid/Musholla untuk melakukan sholat berjama’ah. Dan diantara tetangga juga saling mengantarkan makanan berbuka puasa sehingga antara kaum muslimin terasa sekali kebersamaan serta kesatuannya.

5. Syahrul Ibadah
Bulan Ramadhan disebut juga dengan Bulan Ibadah karena pada bulan ini umat Islam disunnahkan untuk memperbanyak ibadah. Contohnya seperti shalat sunnah tarawih, qiyamullail dan juga tadarus Al-Quran.
Itulah sebagian hikmah dari bulan Ramadhan sesuai dengan nama-nama yang disandangnya.
Adalah predikat sebagai insan yang bertaqwa (Al-Muttaqin), sebagai puncak pelaksanaan nilai puasa Ramadhan. Namun, untuk mencapai ketaqwaan itu tidak semudah membalikkan tangan, sehingga pada kesempatan yang berbeda Nabi Muhammad SAW memperingatkan dalam sebuah hadistnya
“kam mi shâimin laysa lahu min siyâmihi illa al ju’a wa al athsa”, artinya banyak orang yang berpuasa namun tidak ada pahala yang didapat olehnya terkecuali hanya sekedar rasa lapar dan haus.
Secara sosial, hikmah Ramadhan akan dapat dirasakan oleh semua orang, jika pelaku puasa mampu merawatnya dengan baik dan menghayatinya. Karena, puasa itu mendidik seseorang untuk sabar, belajar serta menghindari tindakan-tindakan yang merugikan orang lain.

Hikmah inilah yang paling penting pada saat ini, di samping secara vertikal harapan pahala langsung dari Allah SWT tidak dilupakan sebagai sebuah keyakinan beragama, yaitu harapan mendapat rahmat-Nya, pengampunan-Nya hingga terbebas dari api neraka.

Pada akhirnya, puasa diharapkan mampu menjadi awal perubahan dan pencapaian hakekat hikmahnya, bukan sekedar cukup merasa puas dengan lapar serta haus, sehingga pasca Ramadhan cita-cita sebagai insan yang bertaqwa tetap mewarnai kehidupan pelaku puasa, baik individu maupun kelompok. Dan semua kembali pada kesiapan kita dalam memaknai dan menghayati Syahru Ramadhan.

Selamat berpuasa…

(Diperoleh dari beberapa sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Link Within

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Arsip Blog

Perum Wijaya Permai 2