Greeting

Rabu, 03 Agustus 2011

Asal Usul Kebangkitan Nasional


Asal Usul Kebangkitan Nasional
Sebuah kebangkitan bermula disertai dengan parameter dan fakta sejarah yang digunakan. Menurut Syafi’i Ma’arif (Republika, 06/04/2008) Kebangkitan nasional harus diartikan sebagai kebangkitan Indonesia sebagai bangsa, bukan kebangkitan suku-suku bangsa. kelahiran Budi Utomo (BU) pada 20 Mei 1908 adalah sebuah terobosan kultural-intelektual yang sangat penting bagi sebuah suku yang kebetulan berjumlah mayoritas dibandingkan dengan suku-suku lain, yaitu suku Jawa, yang sekarang meliputi Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jasa tokoh-tokoh seperti Dr Wahidin Soedirohoesodo dan Dr Soetomo dengan gagasan pencerahannya bagi suku Jawa (saat itu disebut bangsa Jawa), tentu punya makna tersendiri.
Ketetapan politik untuk sebuah peristiwa penting tanpa dasar sejarah yang solid, posisinya tentu tidak lebih dari mitologi, rapuh sekali. Dalam Anggaran Dasar BU, ditetapkan di Yogyakarta 9 Oktober 1908, pasal dua berbunyi: "Tujuan organisasi untuk menggalang kerja sama guna memajukan tanah dan bangsa Jawa dan Madura secara harmonis." Tetapi, juga harus dikatakan bahwa sebelum tahun 1920-an, selain Sarekat Islam (SI) dan BU memang tidak ada organisasi manapun di nusantara yang sudah menggagas tentang kemungkinan munculnya sebuah bangsa yang kemudian bernama Indonesia yang tegas dengan watak nasionalnya. Apalagi pada abad ke-19, sosok bangsa Indonesia dalam mimpi pun tidak terbayang oleh masyarakat kala itu. Maka, akan sangat bijak jika pemerintah dan masyarakat kita sekarang mau mengkaji ulang keputusan politik tahun 1948 (awal peringatan harkitnas) yang menetapkan kelahiran BU, 20 Mei 1908, sebagai tonggak kebangkitan nasional.
Mengenai kontroversi ini sejarawan Rushdy Hussein menegaskan, munculnya momen kebangkitan nasional pada tahun 1948 atas usul Ki Hajar Dewantoro dipicu dari keadaan politik Indonesia yang belum stabil sebagai negara yang baru lahir. Pertikaian antar partai politik kala itu semakin menambah suramnya masa depan bangsa. Maka pemerintah memutuskan untuk menjadikan 20 mei sebagai hari kebangkitan nasional. Dengan harapan pertikaian antar partai kala itu bisa teredam dengan momen tersebut. Kepanitiaanpun dibentuk dengan keanggotaan yang multi partai.[1] Namun ada hal yang dilupakan dalam peristiwa tersebut, tambah Hussein. Presiden Soekarno pada tahun 1948 dalam pidatonya satu machtspolitiek (Politik Kekuasaan) sudah mengimbau agar tanggal tersebut kelak ditinjau kembali.[2] Jadi, 20 Mei belum tentu tepat sebagai lambang kebangkitan nasional. Dan rupa-rupanya kita lupa, sampai hari ini tetap saja secara tradisional menggunakan lahirnya BU sebagai tonggak kebangkitan nasional tanpa mengetahui sejarah kelahirannya.
Fakta sejarah juga membuktikan bahwa BU tidak bertahan lama, karena bubar pada tahun 1935. Disamping keanggotaannya yang feodalistik dan a-nasionalis sehingga kuantitas anggotanya kalah jauh dibandingkan dengan SI, BU juga kalah bersaing dengan SI yang berani merambah ranah politik dan dengan lantang menentang kolonialisme. Hal ini yang menurut sebagian sejarawan menjadikan pamor BU tergeser kebelakang yang akhirnya bubar pada tahun 1935, sepuluh tahun sebelum para founding fathers mendeklarasikan kedaulatan Indonesia. Tak heran apabila hal ini memicu perdebatan panjang para praktisi sejarah tentang penetapan BU sebagai landasan awal kebangkitan nasional. Dan menuntut peninjauan ulang tentang hari kebangkitan nasional.
Selain lahirnya BU yang menjadi patokan konvensional kebangkitan nasional, lahirnya SI pada tahun 1905 -tiga tahun lebih awal dari BU- juga merupakan awal dari jiwa nasionalisme dan patriotisme yang tidak hanya mengedepankan otot dan kekuatan dalam melawan kolonialisme, meskipun SI menjadikan sentimen keagaamaan sebagai landasan pergerakannya. Sehingga tidak sedikit dari sejarawan yang berpendapat bahwa 16 oktober –tanggal lahirnya SI- lebih layak menjadi patokan kebangkita nasional.
Ada juga yang menjadikan Kongres Pemuda 28 Oktober 1928 [3] sebagai tonggak awal kebangkitan nasional, salah satunya adalah Syafi’i Ma’arif, dia menegaskan bahwa, memang BU telah berjasa dengan caranya sendiri, tak seorang pun yang dapat menyangkal. Begitu juga gerakan pemuda kedaerahan, seperti Jong Java, Jong Minahasa, Jong Ambon, Jong Batak, Jong Sumateranen Bond, dan Jong Islamieten Bond dalam kapasitasnya masing-masing tentu telah pula berjasa dalam upaya penyadaran dan pencerahan kelompok masing-masing dalam suasana kolonial yang masih mencekam.

Dengan Sumpah Pemuda, semua gerakan kedaerahan ini, sekalipun dengan susah payah, akhirnya meleburkan diri dan bersepakat untuk mendeklarasikan trilogi pernyataan yang tegas-tegas menyebut tumpah darah/tanah, bangsa, dan bahasa Indonesia. Sumpah ini didukung oleh berbagai anak suku bangsa dan golongan. Jadi, cukup repsesentatif bagi awal kelahiran dan kebangkitan sebuah bangsa bernama Indonesia.
Selanjutnya pada 1912 berdirilah Partai Politik pertama Indische Partij. Pada tahun ini juga Haji Samanhudi mendirikan Sarekat Dagang Islam (Solo), KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah (Yogyakarta) dan Dwijo Sewoyo dan kawan-kawan mendirikan Asuransi Jiwa Bersama Boemi Poetra di Magelang.Kebangkitan pergerakan nasional Indonesia bukan berawal dari berdirinya Boedi Oetomo, tapi diawalai dengan berdirinya Sarekat Dagang Islam pada tahun 1905 di Pasar Laweyan, Solo.Sarekat ini awalnya berdiri untuk menandingi dominasi pedagang Cina pada waktu itu.Kemudian berkembang menjadi organisasi pergerakan sehingga pada tahun 1906 berubah nama menjadi Sarekat Islam.

Suwardi Suryaningrat yang tergabung dalam Komite Boemi Poetera, menulis Als ik eens Nederlander was (Seandainya aku orang Belanda), 20 Juli 1913 yang memprotes keras rencana pemerintah Hindia Belanda merayakan 100 tahun kemerdekaan Belanda di Hindia Belanda. Karena tulisan inilah dr. Tjipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat dihukum dan diasingkan ke Banda dan Bangka, tetapi karena "boleh memilih", keduanya dibuang ke Negeri Belanda. Di sana Suwardi justru belajar ilmu pendidikan dan dr. Tjipto karena sakit dipulangkan ke Hindia Belanda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Link Within

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Arsip Blog

Perum Wijaya Permai 2