Greeting

Selasa, 23 Agustus 2011

Astaghfirullah! Ada Kuburan Massal Di Suriah



DAMASKUS. Sebuah kuburan massal berisi sedikitnya 10 mayat yang telah dipotong-potong (mutilasi) ditemukan di kota Jisr al-Shughur, kota paling bergolak di Suriah yang berbatasan dengan Turki.

Ke-10 mayat korban mutilasi itu diduga kuat personel polisi yang dieksekusi aparat keamanan lain karena menolak menembaki para demonstran di kota itu.
Militer Suriah merebut kota Jisr al-Shughur, Minggu (12/6), seperti dilaporkan televisi Pemerintah Suriah.

Sebelumnya aktivis melaporkan baku tembak dan ledakan terjadi di Jisr al-Shugur, yang sebelumnya dikuasai kelompok oposisi. Aparat pemerintah mengerahkan helikopter tempur dan sekitar 200 tank untuk mengusir kelompok perlawanan.
Televisi pemerintah melaporkan, militer kini menguasai sepenuhnya Jisr al-Shughur dan tengah mengejar "elemen bersenjata" ke dalam hutan dan pegunungan di sekitarnya.
Pasukan pemerintah berhasil masuk kota setelah menjinakkan sejumlah dinamit yang ditempatkan di jembatan dan jalan oleh kelompok perlawanan. Dua anggota kelompok oposisi tewas dan sejumlah orang ditangkap, juga beberapa senapan mesin disita.
Laporan berbeda disampaikan oleh para aktivis. Menurut mereka, seperti diwartakan AFP, Senin, tentara membombardir Jisr al-Shughur sebelum masuk kota yang relatif kosong setelah ribuan warganya mengungsi.

"Tentara mulai menyerang sekitar pukul 07.00 dengan menembaki kota dari tank dan senjata berat lain sebelum menyerang dari selatan dan timur," kata seorang aktivis.
"Ledakan terdengar dan helikopter berpatroli di atas kota," tukas aktivis lain.
Jisr al-Shughur yang berada di Provinsi Idlib selama ini terang-terangan menunjukkan ketidaksukaan terhadap rezim Presiden Bashar al-Assad. Kota ini menjadi fokus operasi militer dalam sepekan terakhir setelah pemerintah mengumumkan terjadinya pembantaian 120 polisi oleh "kelompok bersenjata" di kota tersebut.

Para aktivis dan warga membantah adanya pembantaian itu. Mereka mengatakan, sejumlah polisi dieksekusi aparat keamanan lain karena menolak menembaki demonstran di kota tersebut.

"Cara rezim ini menangani demonstran itulah yang menyebabkan demonstrasi merebak ke seluruh negeri. Aparat menahan, menyiksa, dan membunuh warga sipil, bahkan personel polisi," kata seorang anggota komite koordinasi lokal.

Pemerintah Suriah, Senin pekan lalu mengungkapkan terjadinya aksi pertumpahan darah di distrik Jisrash Shugur, Provinsi Idlib, di barat daya Suriah.
Dalam aksi itu, 120 tentara Suriah dilaporkan tewas akibat serangan vandalis. Otoritas Suriah mengklaim mereka tewas karena terperangkap dan terjebak serangan vandalis atas kantor pos dan kantor-kantor aparat keamanan.

Namun para aktivis hak asasi manusia di Suriah menyebutkan, 120 personel polisi itu mendapat sanksi hukuman mati karena membangkang perintah atasan untuk menembaki penduduk sipil pemrotes.
Saksi mata yang dikutip stasiun televisi Al-Jazeera juga mengungkapkan, tidak ada bentrok senjata di Jisr al-Shugur sepanjang Senin pekan lalu. Kota Jisr al-Shugur relatif tenang hari Senin setelah sebagian besar penduduk mengungsi ke luar kota.
Mereka takut ditembaki aparat keamanan seperti yang terjadi dua hari terakhir.Al-Jazeera juga menayangkan seorang tentara Suriah bernama Abdul Razaq Tallas yang membelot.

Dia membelot karena tidak bersedia melaksanakan perintah membunuh rakyat sendiri. Ia menyerukan militer Suriah membelot dan bergabung dengan revolusi rakyat untuk menumbangkan Presiden Bashar Assad.

Amnesty International meminta PBB menjatuhkan sanksi terhadap Suriah mengingat korban tewas dalam jumlah besar selama pergolakan sejak medio Maret lalu.
Direktur Amnesty untuk Wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara, Philip Luther mengatakan, jumlah korban tewas di Suriah telah mencapai jumlah yang tidak bisa ditoleransi lagi dan Dewan Keamanan PBB masih berdiam diri soal isu itu.
Menteri Dalam Negeri Suriah Muhammad Ibrahim Shasar menegaskan, otoritas akan bertindak tegas dan tak akan berpangku tangan melihat serangan bersenjata yang bertujuan membuat kekacauan negara.

Televisi Suriah melaporkan, Departemen Dalam Negeri membantah berita yang berbicara tentang penemuan kuburan massal di kota Daraa yang berisi puluhan mayat.

Namun, saksi mata, Mohamed Ahmed mengatakan mereka melihat tentara ketika mengubur mayat dan para warga menunggu sampai tentara meninggalkan daerah untuk mengeluarkan mayat.

Sumber Aljazeera mengatakan bahwa operasi dilakukan dalam kegelapan saat listrik terputus dari kota dan membenarkan adanya tempat-tempat kuburan massal lainnya yang akan digali setelah pasukan keamanan meninggalkan daerah tersebut.

Kepala Organisasi Nasional Hak Asasi Manusia di Suriah, Ammar Qirbi telah mengungkapkan dalam laporan ke Aljazeera dari Kairo bahwa penduduk Daraa Kairo selama dua jam menemukan kuburan berisi puluhan mayat, termasuk mayat anak-anak dan perempuan.

Menurut Qirbi - dalam laporan kemudian - bahwa makam berada di bagian kota tua dan pihak berwenang setelah penemuan kuburan massal mengepung daerah tersebut dan mencegah warga mendekatinya. Mayat-mayat tersebut akan diserahkan kepada kerabat korban.

AFP - mengutip berbagai laporan media - mengatakan bahwa 20 orang dikuburkan dalam kuburan massal tersebut, sebagaimana diketahui bahwa kota ini digambarkan sebagai tempat lahirnya aksi protes dan dikepung oleh unit militer lapis baja pada 25 April lalu, dengan alasan untuk membersihkan dari beberapa elemen bersenjata.

(*/amh/AP/AFP/Adi)

Sumber:
http://www.suarakarya-online.com
http://www.wartanews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Link Within

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Arsip Blog

Perum Wijaya Permai 2