Greeting
Senin, 02 Mei 2011
Mengenang Usamah Bin Laden
VIVAnews - Mohammed Awad bin Laden bermigrasi dari Yaman Selatan ke Arab Saudi. Tidak ada keterangan migrasi ini, apakah setelah Kerajaan Arab Saudi didirikan Raja Abdul Aziz Al Saud, pada 1926, atau bahkan sebelumnya. Tetapi, pada 1931 Mohammed mulai mendirikan perusahaan konstruksi di Arab Saudi.
Dalam laman Saudi Binladin Group, proyek pertamanya dari kerajaan adalah renovasi Masjid Nabawi di Madinah pada 1950. Setelah sukses pada proyek pertama, Raja Abdul Aziz meminta kembali Mohammed merenovasi Masjidil Haram di Makkah. Pekerjaan besar ini baru dimulai pada 1955.
Kesuksesan ini membuat raja senang. Pada 1964, Mohammed kembali mendapat proyek penyatuan ulang kubah batu di Yerussalem, kota suci ketiga bagi umat Islam.
Pada 1967, Mohammed bin Laden meninggal dalam satu kecelakaan pesawat. Mohammed bin Laden meninggalkan kerajaan bisnis, serta lebih dari 50 putra dan putri hasil dari sejumlah pernikahan. Salah satu anaknya adalah Osama bin Laden.
Setelah Mohammed meninggal, bisnisnya diwariskan kepada Salem bin Laden, putra sulungnya. Pada masa kepemimpinannya, perusahaan ini mendapat proyek pembangunan jalan dari Taif ke Jizan dengan panjang 750 kilometer. Proyek ini sangat sulit karena melewati sejumlah padang pasir dan pegunungan Hijaz.
Proyek ini sukses diselesaikan pada 1984 dengan biaya lebih dari 1 miliar riyal. Sepanjang 585 kilometer jaringan jalan ini memainkan peran penting bagi kerajaan Arab, karena menghubungkan kota Sharoura ke Najran.
Umur Salem tak lama. Ia meninggal pada 1988. Tongkat kepemimpinannya diserahkan kepada adiknya, Bakr bin Laden.
Saat kepemimpinan Bakr ini terjadi perubahan besar. Dia membuat Dewan Bisnis yang beranggotakan 11 kerabat. Kemudian mereka membentuk perusahaan Saudi Binladin Group (SBG) pada 1989. Kantor pusatnya berada di Jeddah, Arab Saudi.
Menurut laman St. Petersburg Times, pada 2001, konglomerasi bisnis keluarga Bin Laden ini bisa menghasilkan pendapatan US$5 miliar per tahun dengan jumlah karyawan mencapai 50 ribu orang di seluruh dunia. Perusahaan meliputi konstruksi, teknik, telekomunikasi, penerbitan buku, serta manufaktur kendaraan dan lampu listrik. Mitra bisnisnya meliputi General Electric, Nortel, Snapple, Motorola, dan Citibank.
Binladin Group telah memainkan peran penting dalam membangun infrastruktur Arab Saudi. Binladin mengoperasikan armada mesin-mesin berat di dunia.
Binladin telah membangun lebih dari lima ribu kilometer jalan di seluruh Arab, salah satunya, Al Qassim Express. Jalan yang menghubungkan Al Qassim dengan Madinah, Yanbu, dan Thuwal di Laut Merah ini menghabiskan anggaran 5 miliar riyal.
Perusahaan itu juga telah membangun jembatan dan terowongan. Hingga 2006, total pencapaian di sektor ini meliputi 5.500 kilometer jalan tol, 8,4 kilometer terowongan, 3,4 kilometer underpass, 5.460 meter persegi parkir bawah tanah, dan penyimpan air dengan kapasitas 100 ribu meter kubik.
Binladin juga telah mengerjakan jembatan dan jalan layang dengan total panjang 26 ribu meter.
Pada 2003, Binladin telah membangun hampir 25 bandara di sejumlah wilayah dan negara-negara lain, termasuk Malaysia, Suriah, dan Mesir. Binladin juga membangun hanggar jet jumbo di Riyadh.
Pada 2007, Binladin memenangi kontrak pembangunan terminal haji di Bandara Internasional King Abdull Aziz di Jeddah, dan Blaise Diangne, bandara internasional di Dakar, Senegal.
Proyek-proyek terkini adalah Jembatan Jamart di Mina, pembangunan kampus Universitas Alameera Noura, dan King Abdullah Financial District. Proyek terakhir ini merupakan proyek terbesar yang pernah dikerjakan Binladin. (art)
• VIVAnews VIVAnews - Mohammed Awad bin Laden bermigrasi dari Yaman Selatan ke Arab Saudi. Tidak ada keterangan migrasi ini, apakah setelah Kerajaan Arab Saudi didirikan Raja Abdul Aziz Al Saud, pada 1926, atau bahkan sebelumnya. Tetapi, pada 1931 Mohammed mulai mendirikan perusahaan konstruksi di Arab Saudi.
Dalam laman Saudi Binladin Group, proyek pertamanya dari kerajaan adalah renovasi Masjid Nabawi di Madinah pada 1950. Setelah sukses pada proyek pertama, Raja Abdul Aziz meminta kembali Mohammed merenovasi Masjidil Haram di Makkah. Pekerjaan besar ini baru dimulai pada 1955.
Kesuksesan ini membuat raja senang. Pada 1964, Mohammed kembali mendapat proyek penyatuan ulang kubah batu di Yerussalem, kota suci ketiga bagi umat Islam.
Pada 1967, Mohammed bin Laden meninggal dalam satu kecelakaan pesawat. Mohammed bin Laden meninggalkan kerajaan bisnis, serta lebih dari 50 putra dan putri hasil dari sejumlah pernikahan. Salah satu anaknya adalah Osama bin Laden.
Setelah Mohammed meninggal, bisnisnya diwariskan kepada Salem bin Laden, putra sulungnya. Pada masa kepemimpinannya, perusahaan ini mendapat proyek pembangunan jalan dari Taif ke Jizan dengan panjang 750 kilometer. Proyek ini sangat sulit karena melewati sejumlah padang pasir dan pegunungan Hijaz.
Proyek ini sukses diselesaikan pada 1984 dengan biaya lebih dari 1 miliar riyal. Sepanjang 585 kilometer jaringan jalan ini memainkan peran penting bagi kerajaan Arab, karena menghubungkan kota Sharoura ke Najran.
Umur Salem tak lama. Ia meninggal pada 1988. Tongkat kepemimpinannya diserahkan kepada adiknya, Bakr bin Laden.
Saat kepemimpinan Bakr ini terjadi perubahan besar. Dia membuat Dewan Bisnis yang beranggotakan 11 kerabat. Kemudian mereka membentuk perusahaan Saudi Binladin Group (SBG) pada 1989. Kantor pusatnya berada di Jeddah, Arab Saudi.
Menurut laman St. Petersburg Times, pada 2001, konglomerasi bisnis keluarga Bin Laden ini bisa menghasilkan pendapatan US$5 miliar per tahun dengan jumlah karyawan mencapai 50 ribu orang di seluruh dunia. Perusahaan meliputi konstruksi, teknik, telekomunikasi, penerbitan buku, serta manufaktur kendaraan dan lampu listrik. Mitra bisnisnya meliputi General Electric, Nortel, Snapple, Motorola, dan Citibank.
Binladin Group telah memainkan peran penting dalam membangun infrastruktur Arab Saudi. Binladin mengoperasikan armada mesin-mesin berat di dunia.
Binladin telah membangun lebih dari lima ribu kilometer jalan di seluruh Arab, salah satunya, Al Qassim Express. Jalan yang menghubungkan Al Qassim dengan Madinah, Yanbu, dan Thuwal di Laut Merah ini menghabiskan anggaran 5 miliar riyal.
Perusahaan itu juga telah membangun jembatan dan terowongan. Hingga 2006, total pencapaian di sektor ini meliputi 5.500 kilometer jalan tol, 8,4 kilometer terowongan, 3,4 kilometer underpass, 5.460 meter persegi parkir bawah tanah, dan penyimpan air dengan kapasitas 100 ribu meter kubik.
Binladin juga telah mengerjakan jembatan dan jalan layang dengan total panjang 26 ribu meter.
Pada 2003, Binladin telah membangun hampir 25 bandara di sejumlah wilayah dan negara-negara lain, termasuk Malaysia, Suriah, dan Mesir. Binladin juga membangun hanggar jet jumbo di Riyadh.
Pada 2007, Binladin memenangi kontrak pembangunan terminal haji di Bandara Internasional King Abdull Aziz di Jeddah, dan Blaise Diangne, bandara internasional di Dakar, Senegal.
Proyek-proyek terkini adalah Jembatan Jamart di Mina, pembangunan kampus Universitas Alameera Noura, dan King Abdullah Financial District. Proyek terakhir ini merupakan proyek terbesar yang pernah dikerjakan Binladin. (art)
Sumber: VIVAnews
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar