Greeting
Rabu, 02 Maret 2011
Israel Panik Dilanda Revolusi Timur Tengah
kedaiberita.com - Kepanikan Israel semakin memuncak seiring dengan perkembangan timur tengah yang semakin cepat. Kegagalan dalam memprediksi jatuhnya Ben Ali dan Mubarak telah menyebabkan Israel dilanda kebingungan dalam bersikap. Para pemimpin politik dan jenderal militer Israel hampir semuanya membisu, tidak menyampaikan pendapat di media berkaitan dengan semakin merebaknya gelora revolusi di timur tengah.
Revolusi Mesir telah menumbuhkan ketakutan pada rezim Israel. Hal ini disebabkan keamanan Israel dan badan intelejen mereka telah salah dalam menilai gerakan massa yang mampu menggulingkan Mubarak. Sebelumnya, Israel yakin bahwa Mubarak akan mampu bertahan menghadapi badai pembrontakan. Apalagi menteri luar negeri AS, Hillary Clinton juga meyakini stabilitas rezim Mubarak pada awal-awal gelombang unjuk rasa di Mesir.
Kelompok-kelompok sayap kanan Israel telah melampiaskan kemarahan mereka di Amerika Serikat. Mereka memprotes pemerintah AS yang menarik dukungan terhadap Husni Mubarak ketika menghadapi saat –saat genting. Sikap ini dianggap sinyal yang tidak baik bagi Israel dan mengandung bahaya. Dikhawatirkan ketika Israel menghadapi situasi seperti Mesir, AS juga akan menarik diri karena tekanan internasional. Israel meyakini bahwa perkembangan social politik timur tengah saat ini berakar dari kelemahan AS dan pidato Obama di Kairo dan Turki yang ingin lebih bersahabat dengan dunia Islam. Ketidakharmonisan hubungan AS-Israel diperparah dengan semakin menurunnya kepercayaan Israel terhadap AS pasca veto dewan keamanan PBB yang mengutuk pembangunan pemukiman Israel.
Beberapa analis Israel memiliki sudut pandang yang berbeda dan percaya bahwa gelombang revolusi di timur tengah akan membawa dampak strategis. Aluf Benn dari surat kabar terkemuka Israel, Ha’aretz, menyatakan bahwa dengan melintasnya Kapal Iran di terusan suez menandakan perubahan dan ancaman serius bagi Israel. Dr. David Bukai, Profesor kajian timur tengah di Universitas Haifa, yakin bahwa jin arab yang menjelma dalam bentuk revolusi telah keluar dari botol. Ia akan melanda seluruh timur tengah dan menyebabkan ketidakstabilan. Dia mengatakan sumber perubahan itu adalah rakyat. Masyarakat Arab menunjukkan bahwa mereka memiliki kekuatan yang belum digunakan sebelumnya.
Israel tidak hanya khawatir tentang perkembangan politik luar negeri dan diplomatic mereka. Harian ekonomi Israel, Marker, telah memprediksi bahwa Israel akan dilanda bencana keuangan sebagai dampak revolusi timur tengah. Tel Aviv akan memangkas anggaran social untuk meningkatkan biaya keamanan. Ini merupakan pukulan berat terhadap stabilitas Israel yang akan menbahayakan kepercayaan dan perekonomian. Dengan runtuhnya rezim-rezim Arab, Israel harus mendefinisikan kembali prioritasnya.
Koran Yedioth Ahronoth menulis bahwa runtuhnya rezim Mubarak akan memaksa Israel untuk meningkatkan pajak dan menjamin keamanan untuk stabilitas sosial. Konsekuensinya adalah perombakan besar-besaran anggaran Negara.
Analis strategi Israel yang tekenal Ron Ben-Yishai menyoroti masalah kekhawatiran tentang masa depan Israel. Dia menyatakan dalam harian Yedioth Ahronoth, “Israel harus lebih berhati-hati, karena ada peningkatan di dunia arab yang melihat Israel sebagai beban dan masalah yang harus disingkirkan.”
Selain itu, menurut resolusi Majelis Umum PBB, Dewan Keamanan dan Dewan hak asasi manusia, Israel menunjukkan perilaku yang paling tidak demokratis dan manusiawi dalam tindakannya terhadap Palestina. Dunia juga mengutuk kebiadaban Israel yang di yakini sebagai kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan.(PressTV/win)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar